HNM Indonesia.com, Kue temang, begitu dia dipanggil. Seorang janda tua, yang setiap hari berjalan kaki keliling Belopa menjajakan kue tradisional.
Nama lengkapnya Hariati, lahir di Sengkang, Kabupaten Wajo, tahun 1960. Suaminya wafat 10 tahun lalu. Sepeninggal suaminya, Hariati, harus bekerja keras mencari nafkah. Dia harus menghidupi empat orang anaknya. Jualan kue keliling mulai dilakoninya sepeninggal suaminya. Kue tradisional yang dijualnya pun, milik orang. Dalam sebungkus kue, Hariati memperoleh untung Rp 5 ribu hingga Rp 8 ribu. Penghasilannya dari jualan kue, disisipkan untuk membiayai kebutuhan hidupnya.
Dari hasil jualan kue keliling selama beberapa tahun, Hariati sudah membeli sepeda motor dan menguliahkan seorang anaknya.
"Anak-anak pernah melarang saya jualan seperti ini, tapi saya tolak karena tidak mau memberatkan anak-anakku. Saya mau punya pendapatan sendiri," kata Hariati, sambil tersenyum.
Setiap hari Hariati keliling Belopa, sambil menjinjing dagangannya. Sekali jalan janda empat anak ini membawa kue seberat 15 kilogram. Hampir semua perkantoran, dia sambangi untuk menawarkan kue pada pegawai.
Nama lengkapnya Hariati, lahir di Sengkang, Kabupaten Wajo, tahun 1960. Suaminya wafat 10 tahun lalu. Sepeninggal suaminya, Hariati, harus bekerja keras mencari nafkah. Dia harus menghidupi empat orang anaknya. Jualan kue keliling mulai dilakoninya sepeninggal suaminya. Kue tradisional yang dijualnya pun, milik orang. Dalam sebungkus kue, Hariati memperoleh untung Rp 5 ribu hingga Rp 8 ribu. Penghasilannya dari jualan kue, disisipkan untuk membiayai kebutuhan hidupnya.
Dari hasil jualan kue keliling selama beberapa tahun, Hariati sudah membeli sepeda motor dan menguliahkan seorang anaknya.
"Anak-anak pernah melarang saya jualan seperti ini, tapi saya tolak karena tidak mau memberatkan anak-anakku. Saya mau punya pendapatan sendiri," kata Hariati, sambil tersenyum.
Setiap hari Hariati keliling Belopa, sambil menjinjing dagangannya. Sekali jalan janda empat anak ini membawa kue seberat 15 kilogram. Hampir semua perkantoran, dia sambangi untuk menawarkan kue pada pegawai.
Tak hanya kantor pemerintah, Hariati juga menyasar kantor swasta, warung kopi dan rumah sakit. Setiap kali bertemu pelanggannya, Hariati selalu senyum dan menawarkan kuenya dengan sopan.
"Di mana ada orang kumpul-kumpul, disitu saya tawarkan kue. Ada beberapa pelanggan saya, termasuk pak Kapolres Luwu. Tapi akhir-akhir ini jarang saya ke ruangannya," ujarnya.
Jualan kue keliling, bukanlah tanpa tantangan. Pernah sekali dia diusir Satpam rumah sakit di Belopa. Saat itu, wabah virus korona, baru mulai menulari warga Belopa. Dia diteriaki Satpam dan dilarang jualan.
"Sebenarnya bukan diusir. Saya hanya disuruh segera keluar dan tidak menjual di area rumah sakit karena ada virus korona," katanya.
Karena dilarang jualan di rumah sakit, Hariati pun memutuskan untuk kembali ke rumah, meskipun dagangannya hanya laku beberapa bungkus.
Meski usianya tak lagi muda dan tenaga mulai lemah, Hariati masih mampu berjalan kaki puluhan kilo setiap harinya. "Semangat saya yang tak pernah surut. Insya Allah, rezeki saya halal," tutupnya.
"Di mana ada orang kumpul-kumpul, disitu saya tawarkan kue. Ada beberapa pelanggan saya, termasuk pak Kapolres Luwu. Tapi akhir-akhir ini jarang saya ke ruangannya," ujarnya.
Jualan kue keliling, bukanlah tanpa tantangan. Pernah sekali dia diusir Satpam rumah sakit di Belopa. Saat itu, wabah virus korona, baru mulai menulari warga Belopa. Dia diteriaki Satpam dan dilarang jualan.
"Sebenarnya bukan diusir. Saya hanya disuruh segera keluar dan tidak menjual di area rumah sakit karena ada virus korona," katanya.
Karena dilarang jualan di rumah sakit, Hariati pun memutuskan untuk kembali ke rumah, meskipun dagangannya hanya laku beberapa bungkus.
Meski usianya tak lagi muda dan tenaga mulai lemah, Hariati masih mampu berjalan kaki puluhan kilo setiap harinya. "Semangat saya yang tak pernah surut. Insya Allah, rezeki saya halal," tutupnya.
Laporan: Indra Gunawan, Luwu.