HNM INDONESIA

Berita Dalam Genggaman

Menanti Rumah Layak: Kisah Muhlis Bertahan di Rumah yang Atapnya Bocor

Penampakan rumah Muhlis, warga Senga Selatan yang atapnya bocor.

 

Kamis 18 September 2025

Luwu, hnmindonesia.com – Setiap tetes hujan yang jatuh di Dusun Tadette, Desa Senga Selatan, Kabupaten Luwu, tak hanya membasahi tanah. Di rumah kecil berdinding papan lapuk milik Muhlis (53), hujan selalu berarti kepanikan, ember, baskom, hingga panci dikebut keluar dari dapur, bukan untuk memasak, tapi untuk menampung air yang menetes dari atap yang bocor.

Muhlis tinggal bersama istri dan lima orang anaknya. Malam-malam mereka kerap terjaga bukan karena dingin, melainkan karena derasnya hujan yang jatuh di lantai. Anak-anaknya kadang terbangun, menggigil, sementara sang ibu hanya bisa mengusap kepala mereka agar tetap tenang.

“Kalau hujan deras, kami semua terpaksa pindah ke pojok ruangan yang agak kering. Kadang tidur berdesakan, asal tidak basah,” kata Muhlis dengan mata yang menerawang.

Ironisnya, keluarga ini belum pernah tersentuh program bantuan bedah rumah. Alasannya, Muhlis tak punya kelengkapan administrasi yang disyaratkan. “Katanya belum bisa, karena ada syarat-syarat yang belum lengkap. Saya orang kecil, hanya bisa pasrah,” ujarnya lirih.

Rumah kayu yang ditinggali keluarga ini tampak ringkih. Dinding papan sudah banyak yang lapuk, sebagian miring menahan usia, sementara atap rumbiah  penuh lubang. Saat cuaca cerah, sinar matahari masuk lewat celah-celah, tapi saat hujan turun, rumah itu berubah seperti tenda darurat yang kebanjiran.

Kontrasnya, rumah reot milik Muhlis berdiri di Desa Senga Selatan, desa yang juga dihuni sejumlah pejabat dan politisi. Di balik bangunan megah dengan cat mengilap dan pagar besi kokoh, ada rumah sederhana yang seolah menjerit diam-diam, menanti uluran tangan.

Meski begitu, Muhlis tetap berusaha tegar. Ia hanya berharap anak-anaknya bisa belajar dengan nyaman dan tak lagi ketakutan setiap hujan datang. “Saya ingin anak-anak punya masa depan lebih baik. Kalau soal rumah, biarlah seadanya, asal mereka bisa sekolah,” katanya pelan.

Kisah keluarga Muhlis adalah potret getir dari ribuan keluarga miskin lainnya yang hidup di pinggiran, terlewat dari perhatian program pemerintah hanya karena selembar administrasi.

Di tengah derasnya pembangunan, masih ada rumah-rumah yang atapnya bocor, dindingnya rapuh, dan penghuninya berjuang dengan harapan yang sederhana: bisa tidur tanpa harus mendengar bunyi air menetes dari langit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini