Sabtu 13 Mei 2023/ 14:43 WITA
Oleh: Tim HNM, Andi MK
Editor: Adi Anugrah
Luwu Timur, Sulsel - 14 ribu ternak babi di Luwu Timur, Sulawesi Selatan mati akibat virus African Swine Fever atau ASF. Mewabahnya virus ini menimbulkan kerugian finansial hingga miliaran rupiah bagi peternak di daerah tersebut.
"Sore ini ratusan ekor babi yang mati kita kuburkan massal," kata drh. Ummi Fahmi, dokter hewan pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Luwu Timur, Sabtu (13/5/2023).
Pemerintah Kecamatan Mangkutana bersama Pemerintah Desa Maleku dan Polsek Mangkutana membuat kuburan massal untuk ratusan ekor babi yang mati. Cara ini diklaim sebagai salah satu upaya memutus penyebaran virus ASF.
Jumlah babi yang mati akibat virus ASF diantaranya 8.081 di Kecamatan Tomoni Timur, 1.874 di Kecamatan Mangkutana dan 1.401 di Kecamatan Kalaena. Data ini belum termasuk babi yang mati hari ini.
"Virus ini bukan zoonosis, artinya tidak menular ke manusia, tapi cepat menular pada hewan," katanya.
Virus ASF ini kata Ummi belum punya vaksin dan penanganan sementara adalah melakukan karangtina lokal dan langsung dikuburkan.
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Luwu Timur, setiap hari berkunjung ke peternak untuk memberikan edukasi dan meminta agar ternak babi yang mati segera dikuburkan.
Selain itu, Pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan bersama Instansu terkait lainnya memperketat pengawasan lalulintaa ternak, khususnya babi.
"Sampai hari ini masih ada ternak babi yang mati dan kami berharap peternak bersabar karena belum ada vaksin untuk virus ini, kata drh Ummi Fahmi.
Adapun Slamet, peternak babi di Desa Kertoraharjo mengaku merugi ratusan juta rupiah akibat ternak babi miliknya banyak yang mati. Kondisi yang sama juga dialami peternak babi lain di desanya.
"Setiap hari ada yang mati. Kami terus merugi karena satu ekor babi dewasa ini biasanya dijual Rp 2.7 juta. Sekarang harapan kami pupus jika wabah virus ini tidak diputus," kata Slamet.
Sebelumnya warga di Kecamatan Tomoni Timur dibuat heboh dengan temuan puluhan bangkai babi dibuang di saluran irigasi pertanian, Desa Rinjani, pekan lalu.
Polisi bersama Pemerintah desa setempat berinisiatif menguburkan bangkai babi tersebut agar tidak mencemari lingkungan.
"Kemarin sudah kita kuburkan dan meminta agar peternak tidak lagi membuang bangkai babinya," kata AKP Muhajir, Kapolsek Wotu.