Minggu, 7 November 2021 | 18.46 WITA
Oleh: Tim HNM, Arzad
Palopo, Sulsel - Pasca terjadinya bencana badai angin disertai intensitas curah hujan yang tinggi mengakibatkan Jembatan Miring yang menghubungkan Kota Palopo dan Walenrang Kabupaten Luwu mengalami keratakan hingga akhirnya ditutup sementara.
Pemerintah bersama Satuan Lalu Lintas Polres Palopo mengambil langkah dengan mengalihkan jalan untuk dilalui kendaraan pada dua jalur alternatif, yakni kendaraan dari arah Palopo tujuan ke Masamba lewat jalur Salutete tembus Capkar. Sebaliknya kendaraan dari arah Masamba tujuan ke Palopo lewat jalur Karetan Tombang tembus Padang Alipan.
Namun jalur alternatif itu justru menuai sorotan dari sejumlah warga bahkan pengendara yang melintasi jalan tersebut. Pasalnya, kondisi kedua jalur saat ini rusak parah sehingga arus lalu lintas lumpuh total dan menyebabkan kemacetan yang cukup panjang.
Seperti yang terjadi di jalan alternatif arah dari Palopo menuju Masamba, tepatnya di Desa Seba-seba, Kecamatan Walenrang Timur, Kabupaten Luwu, kondisi jalan tersebut kini makin hancur bak kubangan, dan diperparah akibat musim hujan.
Akibatnya, kendaraan kini boleh dikatakan tidak bisa bergerak. Kendaraan dari arah Pongrakka menuju ke Desa Seba-seba, mengalami kemacetan panjang hingga 3 kilometer. Pengendara terpaksa tidak bisa melewati lantaran kondisi jalanan semakin rusak parah.
Dari pantauan media ini, selain kondisi jalan rusak total, salah satu penyebab kemacetan arus lalu lintas adalah sejumlah kendaraan yang seharusnya melewati jalur alternatif selatan ke utara, juga melintasi jalur yang diperuntukkan bagi pengendara yang dari utara menuju selatan.
Salluk, salah satu tokoh masyarakat Desa Seba-seba, Kecamatan Walenrang Timur sangat menyayangkan hal demikian, yang mana pihak yang berwenang tidak menjalankan fungsionalnya dengan baik untuk mengatasi kondisi tersebut.
"Kami berharap kepada pihak terkait untuk mengatasi kondisi ini. Jalan alternatif yang sangat sempit dan rusak ini membutuhkan kerja ekstra untuk menanganinya," ujar Salluk, Minggu (7/11/2021).
Dia mengatakan, akibat minimnya petugas yang berada di lokasi kemacetan membuat warga sekitar turut andil dalam membantu pengendara mengatasi kemacetan tersebut.
"Situasi dilapangan sangat minim petugas walaupun sudah ada dari Satlantas maupun Dishub, namun jumlahnya tidak cukup memadai dalam mengatur lalu lintas, lantas kemana petugas yang lainnya. Untung masih banyak masyarakat yang peduli untuk turut andil dalam mengatur lalu lintas bahkan rela tidak tidur di malam hari demi mengatur kendaraan yang lewat," ungkap Salluk.
Dirinya berharap agar ada solusi pihak terkait yang lebih baik dalam mengatasi kondisi jalan dan kemacetan arus lalu lintas tersebut.
”Upaya pemerintah desa dan masyarakat saat ini sudah sangat maksimal. Untuk itu kami harapkan pihak pemerintah kabupaten dan satuan lalu lintas segera turun tangan menangani masalah kondisi jalanan saat ini. Atau kalau tidak, jalanan akan diblokir. Ini juga berimbas kepada masyarakat tidak bisa bebas beraktifitas,” tegas Salluk.
”Jangan hanya mengambil kebijakan untuk dijadikan jalan alternatif yang hanya menambah beban dan penderitaan buat rakyat,” pungkasnya.
Hal senada diungkapkan Akmal, salah seorang pengendara mobil yang melintasi jalur alternatif Palopo menuju Utara, juga mengeluhkan kondisi jalan tersebut.
"Kepada pihak terkait, tolong dibuatkan sistem yang lebih terarah dijalan ini, apakah itu buka tutup atau sistem yang lain, agar kendaraan tidak sekaligus semuanya menumpuk dijalan yang sempit ini dan macet ini." harapnya.
Sebagai informasi, akibat tingkat kendaraan yang melewati jalur alternatif itu sangat padat, ditambah bobot kendaraan seperti mobil bus dan truck ekspedisi dengan muatan yang sangat berat, serta jalan telah digunakan para pengendara dengan dua arah sekaligus, menyebabkan bahu jalan yang rusak serta drainase jalanan banyak yang runtuh, masyarakat pun turut bahu membahu untuk memperbaiki jalan yang mengalami kerusakan tersebut. (Arzad)