HNM Indonesia.com, Petani padi di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, kesulitan menjual beras hasil panen mereka. Melihat kondisi ini, mendesak Perum Bulog menyerap beras petani.
“Petani di Luwu sudah panen raya. Namun saat ini mereka kesulitan menjual beras hasil panennya. Data yang ada, kata dia, sekitar 34 ribu hektare sawah di Luwu panen dalam kurang waktu dua minggu terakhir. Jika dihitung rata-rata 1 hektare menghasilkan 7 ton gabah, maka jumlah hasil panen mencapai 238 ribu ton gabah atau sekitar 119 ribu ton beras,” ujar, Ketua Komisi II DPRD Luwu, Wahyu Napeng, Kamis, 06 Mei 2021.
Lanjut, Wahyu Napeng, mengatakan bahwa di Kabupaten Luwu daerah terakhir panen raya di Sulsel. Hasil petani cukup melimpah. Ada sekitar 34 ribu hektar sawah yang panen, setelah dihitung sekitar 119 ribu ton beras.
“Sayangnya, lanjut dia petani kesulitan menjual beras hasil panen mereka. Bulog salah satu yang diharap mampu menyerap hasil panen petani sama sekali tidak bisa berbuat sesuai harapan, hanya karena alasan gudang penyimpanan mereka full,” Jelas, Wahyu, yang juga Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Luwu.
“Kebutuhan petani saat ini mendesak, mau lebaran, belum lagi ada petani yang ingin melunasi hutang mereka karena meminjam saat mulai menanam atau ingin membayar sewa alat panen. Ini harus dipikirkan oleh Bulog dan pemerintah termasuk Pemkab Luwu,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Subdivre Bulog yang membawahi Luwu Raya dan Toraja, Lisna, menjelaskan, mereka bukan bermaksud tidak membantu petani.
Ia menjelaskan, tertundanya serapan Bulog saat ini dikarenakan kendala kapasitas tampung gudang.
“Khusus di wilayah Luwu, di luar wilayah Walmas, perlu kami sampaikan Gudang Pammanu sudah full dan kondisi gudang lagi rusak,” katanya.
“Terus terang kami ini sebenarnya mau menyerap sebanyak banyaknya, tetapi penyaluran Bulog tidak ada sekarang, jadi beras rentan disimpan lam,” lanjutnya.
Dikatakan Lisna, sekarang tugas Bulog untuk bansos juga tidak ada.
“Sehingga kalau menyimpan lantas full dan mau dipaksanakan di mana lagi mau disimpan. Sedangkan beras dalam gudang full, kita tidak bisa paksakan, sementara penyimpanan beras punya tata cara sendiri,” tuturnya.
Laporan: Indra Gunawan, Luwu.
“Petani di Luwu sudah panen raya. Namun saat ini mereka kesulitan menjual beras hasil panennya. Data yang ada, kata dia, sekitar 34 ribu hektare sawah di Luwu panen dalam kurang waktu dua minggu terakhir. Jika dihitung rata-rata 1 hektare menghasilkan 7 ton gabah, maka jumlah hasil panen mencapai 238 ribu ton gabah atau sekitar 119 ribu ton beras,” ujar, Ketua Komisi II DPRD Luwu, Wahyu Napeng, Kamis, 06 Mei 2021.
Lanjut, Wahyu Napeng, mengatakan bahwa di Kabupaten Luwu daerah terakhir panen raya di Sulsel. Hasil petani cukup melimpah. Ada sekitar 34 ribu hektar sawah yang panen, setelah dihitung sekitar 119 ribu ton beras.
“Sayangnya, lanjut dia petani kesulitan menjual beras hasil panen mereka. Bulog salah satu yang diharap mampu menyerap hasil panen petani sama sekali tidak bisa berbuat sesuai harapan, hanya karena alasan gudang penyimpanan mereka full,” Jelas, Wahyu, yang juga Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Luwu.
“Kebutuhan petani saat ini mendesak, mau lebaran, belum lagi ada petani yang ingin melunasi hutang mereka karena meminjam saat mulai menanam atau ingin membayar sewa alat panen. Ini harus dipikirkan oleh Bulog dan pemerintah termasuk Pemkab Luwu,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Subdivre Bulog yang membawahi Luwu Raya dan Toraja, Lisna, menjelaskan, mereka bukan bermaksud tidak membantu petani.
Ia menjelaskan, tertundanya serapan Bulog saat ini dikarenakan kendala kapasitas tampung gudang.
“Khusus di wilayah Luwu, di luar wilayah Walmas, perlu kami sampaikan Gudang Pammanu sudah full dan kondisi gudang lagi rusak,” katanya.
“Terus terang kami ini sebenarnya mau menyerap sebanyak banyaknya, tetapi penyaluran Bulog tidak ada sekarang, jadi beras rentan disimpan lam,” lanjutnya.
Dikatakan Lisna, sekarang tugas Bulog untuk bansos juga tidak ada.
“Sehingga kalau menyimpan lantas full dan mau dipaksanakan di mana lagi mau disimpan. Sedangkan beras dalam gudang full, kita tidak bisa paksakan, sementara penyimpanan beras punya tata cara sendiri,” tuturnya.
Laporan: Indra Gunawan, Luwu.