Minggu 29 Agustus 2021/ 10:54 WITA
Oleh : Tim HNM, Indra Gunawan
Luwu Utara- Diusianya yang masih muda, Nastor sudah bekerja keras mencari nafkah sendiri untuk biaya kuliahnya. Mahasiswa semester tiga tekhnik sipil, Universitas Andi Djemma, Palopo ini, nyambi jadi tukang ojek Seko. Ojek Seko dikenal dengan biaya selangit. Rute Sabbang-Seko, sekali jalan harus merogoh kocek Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta.
Nastor mengatakan biaya yang mahal tersebut, sudah sepadan dengan ekstrimnya perjalanan dan biaya operasional yang harus dikeluarkan. "Sabbang ke Seko biasanya ditempuh selama tiga hari. Dan perjalanan akan lebih lama jika cuaca sering hujan," cerita Nastor kepada HNM Indonesia, Minggu 29/08/21.
Perjalanan ke Seko tidaklah mulus. Sepeda motor yang dikendarai pasti mengalami kerusakan di jalan. Misalnya lahar pecah, ban bocor atau oli habis. Masalah ini pasti muncul akibat beban muatan yang berlebih dan jalan yang berlumpur.
"Tapi kami sudah bawa persiapan untuk mengantisipasi jika sepeda motor rusak. Kalau ban bocor, biasa kami pakai rumput sebagai pengganti angib. Ban dalam dikeluarkan lalu dimasukan rumput biar bisa digunakan lagi," ujarnya.
Tak jarang tukang ojek di Seko mengalami kecelakaan. Bahkan sudah ada beberapa orang yang cacat akibat kecelakaan saat membawa penumpang. Meski butuh perjuangan berat dan menantang maut, tukang ojek Seko akan tetap ada. Nastor mengatakan jika sedang tidak ada mata kuliah, dia kembali ke Sabbang, untuk mengantar penumpangnya ke Seko.
"Biasa beriringan dengan teman-teman yang lain tapi sering juga saya jalan sendiri. Tergantung orderan kalau tarifnya cocok ya kita jalan," ungkapnya.
Ojek Seko tidak hanya melayani angkutan orang, tapi juga melayani pengiriman barang. Sekali narik bisa membawa muatan seberat 150 kg. Barang kiriman ini biasanya berupa peralatan rumah tangga, bahan bangunan dan pecah belah.