Sabtu 28 Agustus 2021 _ 19:49 Wita
Oleh : Tim HNM, Indra Gunawan
Luwu - Sitti Rodiah, 35 tahun, warga Kelurahan Tinombala, Kecamatan Bulanolambuno, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, setiap harinya bekerja sebagai sopir truk ekspedisi.
Profesi yang biasanya dilakoni kaum pria ini rela dijalaninya. Rodiah mengaku bekerja keras mencari nafkah yang halal demi membiayai kedua anaknya yang kini menjadi santri pondok pesantren di Kudus, Jawa Tengah.
Menjadi sopir dijalani Rodiah selama 10 tahun. Tantangan terberat bagi dia adalah prasangka buruk dari orang. Sebab menjadi sopir truk ekspedisi kebanyakan hanya kaum pria.
"Jarang ada perempuan seperti saya mau jadi sopir truk. Tapi alhamdulillah, saya tidak pernah peduli dengan prasangka buruk orang, yang penting saya bisa jaga diri, jaga ibadah, biar Allah SWT yang jadi pelindung saya," kata Siti Rodiah, saat antri akibat banjir di jalan trans Sulawesi, Sampano, Luwu.
Saat mengemudikan truk, Rodiah hanya seorang diri. Jika dalam perjalanan dan dia kelelahan, kabin mobilnya digunakan sebagai tempat tidur. "Di sini peralatan lengkap. Kalau capek saya parkir mobil terus tidur," ujarnya.
Dari hasil keringatnya sebagai sopir truk ekspedisi, Siti Rodiah sudah memiliki satu rumah, dan tiga mobil truk. Menurutnya jika bekerja dengan ikhlas dan sabar serta tidak melalaikan ibadah, akan berbuah indah.
Saat mengemudikan truk, Rodiah hanya seorang diri. Jika dalam perjalanan dan dia kelelahan, kabin mobilnya digunakan sebagai tempat tidur. "Di sini peralatan lengkap. Kalau capek saya parkir mobil terus tidur," ujarnya.
Dari hasil keringatnya sebagai sopir truk ekspedisi, Siti Rodiah sudah memiliki satu rumah, dan tiga mobil truk. Menurutnya jika bekerja dengan ikhlas dan sabar serta tidak melalaikan ibadah, akan berbuah indah.