Laporan: Nurfauzan, Luwu
HNM Indonesia.com, Raihana Nurwahid, 18 tahun, siswi kelas 12 SMAN 20 Barombong, Makasar, Sulawesi Selatan, tak surut niatnya untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang lebih tinggi, meski dirinya divonis mengidap kelainan jantung. Ditengah segala keterbatasannya, Raihana, tak berputus asa. Dia tetap semangat mengikuti pelajaran yang diberikan gurunya, melalui pembelajaran online.
Dibantu Irmawanto, ayahnya, Raihana menyusuri pegunungan di desanya, demi mendapatkan sinyal internet. Dia harus digendong dari rumah menuju pegunungan, tempat dimana sinyal internet dapat diakses.
"Kadang pakai sepeda motor, selebihnya saya gendong, karena anak kami tidak bisa berjalan jauh apalagi mendaki gunung," kata Irmawanto, kepada HNM Minggu 04/04/21.
Irmawanto menuturkan, selain harus digendong saat mencari jaringan internet, dia juga kadang ditemani anaknya yang lain, untuk membantunya membawa tabung oksigen. Tabung oksigen tersebut, harus selalu dibawa ketika Raihana keluar rumah.
"Untuk jaga-jaga kalau saat keluar rumah, Raihana tiba-tiba sesak, langsung dipasangi oksigen, saran dari dokter seperti itu," ujarnya.
Jarak dari rumah ke tempat yang ada sinyal, kurang lebih dua kilometer. Di sana, Raihana mengerjakan tugas sekolah sambil diawasi adik dan ayahnya.
"Tapi pihak sekolah sudah memberikan keringanan, anak kami diminta istirahat di rumah dan tidak perlu mengerjakan tugas semester," kata Irmawanto.
Sakit jantung yang diderita Raihana, sudah berlangsung lama. Kedua orang tuanya bahkan terpaksa harus menjual sawah dan lahan kebun, demi biaya berobat. Rahma, ibunya, memperlihatkan berkas dan rekam medik Raihana, bukti jika mereka berdua, telah berjuang, keluar masuk rumah sakit di Makassar dan Jakarta, demi kesembuhan putri sulungnya itu.
"Dia (Raihana) tidak pernah mengeluh, padahal kami tahu, dia menahan sakit yang luar biasa. Kalau tangan dan wajahnya mulai membiru, itu pertanda kalau sakitnya kambuh lagi," kata Rahma, ibu Raihana, sambil menahan tangis.
Karena keterbatasan biaya, Raihana harus dirawat di rumahnya, apalagi saat ini sedang mewabah virus covid-19, sehingga Raihana untuk sementara waktu dirawat di rumahnya di Lumika, Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
"Alhamdulillah pihak sekolah banyak membantu, juga para dermawan. Tapi kami masih menunggak iuran BPJS selama satu tahun, kalau ada biaya, kami akan lunasi biar bisa pakai BPJS lagi nantinya," katanya.
Rahma bercerita, Raihana adalah anak berprestasi, dan semangatnya untuk sembuh tak pernah surut. Dia sering bercerita pada ibunya, ingin menjadi dokter, jika diberi kesehatan dan umur panjang. "Cita-citanya ingin jadi dokter, biar nanti bisa mengurus kami orang tua dan saudaranya, juga mau membantu orang lain," katanya.
Sementara Kepala Sekolah SMAN 20 Barombong, Makassar, Mirdan Midding, memberikan keringanan pada siswanya tersebut. Raihana dibebaskan dari semua tugas sekolah.
"Melihat kondisinya seperti itu, ditambah lokasinya tidak ada internet, kami beri keringanan tidak perlu mengerjakan tugas semester akhir sekolah," kata Mirdan Midding.
Menurut Mirdan, Raihana adalah siswa berprestasi di sekolah, dan semangat belajarnya cukup tinggi. "Dalam waktu dekat ini, kami berencana mengnjungi ananda kami di Luwu, kami juga mengupayakan ananda Raihana bisa melanjutkan jenjang pendidikannya," kata Mirdan. (*)