Inspiratif! Penjual Jamu Keliling bertahan di tengah Pandemi




Laporan: Nurfauzan, Luwu


HNM Indonesia.com
, Karmi, 59 tahun, penjual jamu keliling, terus mengayuh sepeda tuanya berkeliling kompleks perumahan di Belopa, Kabupaten Luwu. Dua keranjang di sisi kiri dan kanan sepedanya, berisi jamu, gado-gado, kerupuk dan beragam jajanan dibawa keliling, berharap ada yang membelinya.

"Kadang hanya dapat Rp 15 ribu sehari, padahal sebelum pandemi, alhamdulillah bisa dapat Rp 500 ribu sehari, sekarang turun drastis," cerita Karmi, Jumat 12/03/21.

Meski pendapatannya yang turun drastis selama pandemi, Karmi tidak pernah berputus asa apalagi menyerah dan berdiam diri. Dia berprinsip, usaha dan doa harus berjalan beriringan dan yang utama kata dia, jangan pernah mengeluh.

"Buat apa mengeluh? Rezeki sudah diatur Tuhan, kita jalani saja dibarengi doa dan usaha yang tidak henti," katanya.

Karmi sudah 30 tahun berdomisili di Luwu, dia bersama suaminya mencari nafkah di tana Luwu dengan jualan jamu keliling, sementara suaminya jualan bakso. Sepeda yang dia gunakan jualan jamu, dibeli tahun 1992, seharga Rp 50 ribu. Sepeda dengan merek Mustang ini, setia menemani Karmi jualan jamu, pagi dan sore hari.

"Pernah rusak pak, rantainya putus, biasa juga bannya kempis. Biarpun sudah tua dan karatan, tapi tidak akan saya jual," ujarnya.

Dari hasil jualan jamu, Karmi sudah mampu membeli sebidang tanah dan mendirikan rumah di Jl Andi Semmang, Kelurahan Senga, Kecamatan Belopa. Karmi bersama suami dan anaknya, bersyukur sudah tidak ngontrak lagi. "Alhamdulillah sudah punya rumah sendiri, karena kami yakin, rezeki itu tidak akan tertukar, yang penting ikhlas dan sabar, jangan mengeluh," tegasnya. (*)



Previous Post Next Post